Property:SummaryTopic id

From BASAntb Wiki
Showing 3 pages using this property.
G
Gendang Beleq adalah ansambel musik tradisional dari suku Sasak di Lombok, Nusa Tenggara Barat, yang terkenal dengan drum besar yang disebut "gendang beleq." “Gendang” berarti drum, dan “beleq” berarti besar, sehingga “gendang beleq” diterjemahkan menjadi "drum besar" dalam bahasa Sasak. Gendang Beleq biasanya dimainkan pada acara pernikahan, upacara, dan festival, melambangkan persatuan dan perayaan. Namun, secara historis, ansambel ini memiliki peran penting dalam komunikasi di medan perang. Drum besar ini secara tradisional dibuat dari kayu, dengan badan yang diukir dari batang pohon untuk menciptakan ruang berongga yang dapat memperkuat suara saat dipukul. Bagian kepala drum terbuat dari kulit hewan seperti kambing atau sapi yang diregangkan dengan kuat di atas kerangka kayu. Kulit ini diproses dengan hati-hati dan dipasang sedemikian rupa untuk menghasilkan suara yang dalam dan resonan. Selain gendang, instrumen lainnya seperti gong dan simbal biasanya dibuat dari logam dan kayu, sedangkan seruling terbuat dari bambu atau kayu. Instrumen-instrumen ini melengkapi gendang, menciptakan suara ritmis yang khas dalam pertunjukan Gendang Beleq. Pada masa lalu, Gendang Beleq digunakan selama pertempuran sebagai alat komunikasi. Dentuman yang kuat tidak hanya membantu mengoordinasikan para prajurit, tetapi juga memberikan semangat, menumbuhkan rasa persatuan saat mereka bertarung. Musik ini menyampaikan pesan di medan perang, dengan irama berbeda yang menandakan perintah tertentu. Setelah pertempuran, drum dimainkan untuk menyambut para prajurit kembali ke rumah dan merayakan keberanian mereka. Saat ini, Gendang Beleq dimainkan pada upacara seperti pernikahan dan ritual tradisional. Musiknya, yang menggabungkan suara drum, seruling, simbal, dan gong, menciptakan suasana meriah dan penuh semangat. Para pemain mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni dan bergerak seirama dengan musik, menjadikannya pertunjukan yang memanjakan mata dan telinga. Gendang Beleq lebih dari sekadar hiburan. Ia mewakili persatuan dan kebanggaan bagi masyarakat Sasak. Banyak upaya yang dilakukan untuk menjaga tradisi ini tetap hidup melalui festival, acara budaya, dan pelajaran bagi generasi muda. Drum besar ini terus menceritakan kisah masyarakat Sasak dan sejarah mereka yang kaya.  
T
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, atau dikenal dengan nama Maulana Syaikh, adalah salah satu ulama paling terkemuka pada masanya dan seorang pahlawan nasional Indonesia asal Nusa Tenggara Barat. Beliau juga seorang cendekiawan Islam dan seorang guru. Beliau lahir pada tanggal 20 April 1908 di Pancor, Lombok Timur, dalam keluarga yang sangat menjunjung tinggi tradisi Islam. Sejak kecil, ayahnya menanamkan kecintaan mendalam terhadap Al-Qur'an dan tulisan klasik Islam. Pada usia 15 tahun, Maulana Syaikh menempuh pendidikan selama 12 tahun di Madrasah al-Shaulatiyah, Mekkah. Ia menyelesaikan kurikulum yang seharusnya memakan waktu sembilan tahun dalam waktu enam tahun, hingga dikenal sebagai jenius pada eranya. Setelah menyelesaikan studinya, ia kembali ke Lombok, Indonesia pada tahun 1934. Ia mendirikan fondasi sebuah pesantren bernama Pesantren al-Mujahidin untuk menumbuhkan pengetahuan Islam dan semangat patriotisme di kalangan pemuda. Pada tahun 1937, beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) untuk laki-laki, dan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) pada tahun 1943 untuk perempuan. Institusi-institusi ini menantang norma konvensional, terutama dengan mendukung pendidikan bagi perempuan. Ini adalah dasar terbentuknya Nahdlatul Wathan (NW), sebuah organisasi Islam yang didirikan pada tahun 1953, yang berada pada garis depan gerakan pendidikan dan reformasi sosial di Lombok. Selain pendidikan, Zainuddin juga mendukung perjuangan Indonesia untuk meraih kemerdekaan. Ia membentuk kelompok perjuangan bernama Laskar al-Mujahidin yang melawan pasukan Belanda. Beliau juga merupakan pemimpin politik dan spiritual yang berpengaruh, yang pernah menjabat di Majelis Konstituante dan menjadi penasehat Majelis Ulama Indonesia (MUI). Karya-karya beliau, mulai dari tulisan hingga puisi tentang agama Islam, menunjukkan komitmennya untuk hidup sesuai dengan ajaran Islam. Bagi para pengikutnya, beberapa karya beliau, seperti Risâlah at-Tauhîd dan Hizib Nahdlatul Wathan, masih dikenang hingga saat ini. TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid wafat pada 21 Oktober 1997, meninggalkan warisan dalam bidang pendidikan, perjuangannya untuk kemerdekaan Indonesia, dan keimanan. Pemerintah Indonesia memberinya gelar Pahlawan Nasional pada tahun 2017 karena semangat patriotisme dan upayanya dalam menyebarkan ilmu pengetahuan.  
Test CS  +